Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Bumi dan langit

Langit biru  andai kau tau, Aku bagaikan bumi, tersenyum memandangmu. Meski engkau riang dengan awan putih, Meski sang surya yang selalu menemani. Teranyu mungkin melandai, Karena asa ku tak mungkin terjadi. Meminta langit biru menatap balik pandangan itu. Engkau tau, Kamu di ciptakan sebagai pelengkapku. Tetapi kebersamaan kita di antara ambang jarak. Aku masih mengagumi mu, Walaupun kadang engkau menampakan langit gelap mu.

Nasehat Bertua

Ucapan kata-kata rujukan, Terngiang dan terbayang. Masa demi masa, Ia tetap hidup dan di jaga. Pusaka keluarga. Turun-menurun bagaikan tahta. Sederhana, Tapi bermakna. Kadang berbingkis lecutan, Kadang berdinding kecaman. Perih juga pedih. Namun, bukan untuk perusak diri. NASEHAT BERTUA, Itulah dia. Ucapan dari seorang yang tua rentah. Tersirat dan bertepi, Hingga, mengendap dan merasuk ke hati. Berulang-ulang, Ia katakan. Lihatlah masa kehidupan nanti, Jangan goyah dan terlena akan hari ini. Pikirkan hari esok dan nanti, Jangan terbelenggu dengan hari yang tak berarti. Apa yang kamu kerjakan kini. Akan mencerminkan masa depan mu nanti.

Teriakan Di antara Peluru

Terik matahari di atas ubun-ubun,  Peluru terbang bagaikan layang-layang. Terdampar tubuh, Berserakan darah, Jeritan tangis, Memecah letusan meriam yang mengelegar dengan bengis. Tangisan tegar dan kuat, Beranjak dengan tegap. Mengenggam bambu rucing, Menghunuskan kejantung penjahat kemanusiaan. Bergelora dan berkobar semangat di dada. Dengan lantang suara diteriakan. Maju, ... Serang, ... ALLAHU AKBAR, Allahu akbar Allahu akbar .. Allahu akbar. Merdeka, merdeka, merdeka.

Untuk mu Indonesia ku

Apa yang bisa aku beri,? Untuk membalas budi jasa Pahlawan negeri? Apa yang bisa aku beri,? Agar bisa membanggakan bumi pertiwi? Seongok prestasi, Mungkin tak sebanding dengan pengorbanan mu Pahlawan Negeri. Berlimpah ruah harta, Mungkin tak sebanding denga pengorbanan mu yang pertaruhkan nyawa.  Harta kekayaan engkau korbankan, Sanak saudara dan keluarga engkau tak perdulikan, Bahkan jiwa, batin dan badan engkau taruhkan. Untukmu Indonesiaku Untukmu Pahlawanku Maafkan kami, pemuda-pemudi bangsa ini. Kami tak mampu membalas budi. Hanya, Sederet prestasi kecil yang bisa kami saji dan beri. Bahkan hanya sikap mencintaimu, Pahlawan Negeri.

Apakah itu Romantis?

Romantis. Aku tak tau perihal itu. Jagankan untuk romantis,  menggaji maknanya pun aku tak tau. Apakah romantis itu, di ibaratkan setangkai mawar merah? Apakah romantis itu, di ibaratkan memampang badan agar ia tak di henuskan pedang yang tajam. Apakah romantis itu, seperti mendaki gunung dan menyeberang samudera untk orang yang di cinta. Entahlah. Aku tak tau, Karena aku sendiri, Mungkin tak mampu untuk bertempur melawan kata-kata ibaratitu.

Kekasihku

Jika nanti,  aku tak mampu berucap kata cinta. Yakinlah rasa ku tak akan enyah. Jika nanti, Diriku tak mampu menjagamu. Yakinlah perasaan kalbuku selalu mendekapmu. Maafkan aku. Apabila diriku tak penuhi janjiku, untuk selalu bersama mu dan menjaga mu. Maafkan aku. Apabila aku pergi tanpa mau ku, Karena aku tak bisa menepiskan takdirku. Aku berucap itu. Bukan berarti akan menjauhi mu, Bukan berarti pergi dan melepaskan mu. Akan tetapi, Karena ajal yang ditentu, Tak dapat aku tau kapan menjemput ku. Untukmu, kekasihku. Apabila sang izroil datang menghampiriku, Jangag menangis dan meratapi ke pergian ku. Aku tak mau, Cucuran air mata mu jatuh karena diri ku. Kau tau, Bahwa aku sangat mencintaimu, Aku tak ingin dan Tak akan ku biarkan setetes air mata jatuh membasahi pipi manismu. Di Istana Surga aku akan menantimu. Sayangku.

Dunia baru

Terlelap ku dalam negeri mimpi, terbangunkan ku ketika senja pagi. Tersenyum ku masih bisa menghirup udara di dunia ini. Lantas, apakah aku  mampu melawan fitnah dunia hari ini?

Sang Pengejaran Impian

Ia melangkah dengan harapan, Meniti jejak, menelusuri cita-cita kehidupan. Ribuan buku ia pikulkan, Ribuan tinta pena ia habiskan. Namun. Impian tak kunjung ditemukan, Cita-cita tak jua di dapatkan. Seingga , Putus asa menghasut diri, Berbisik lelah dan letih, Mengadu domba diri untuk menyerah dan berhenti. Akn tetapi, Semangat gelora yang tertanam dijiwa sejak lama, Berkobar serta meruntuhkan segalanya. Karena ia sang pengejar impian dan cita-cita. Tak mengenal putus asa, Tak mengenal lelah, Bahkan tak tau dan tak akan tau yang bernamakan menyerah.

Isi Buku Catatan Harian ku

Coretan ku dalam buku harianku. Menari dengan indah penaku, ketika tawa bahagia menghampiri ku di saat itu. Namun, Kadangkala tangisan  membasahi buku, dikala sedih meratapi dan merangkul kehidupanku. Itulah coretan isi buku harianku, Tak dapak ku elak kan  dan ku tepiskan. Ragam kehidupan bagaikan cuaca alam yang tak bisa di tentukan. Awan terang kadang diguyurkan hujan, Gelap kabut kadang tak menurunkan hujan. Segalanya tak terpikirkan. Kesedihan dan kebahagian. Terus berkecibung, mengendap dan menetap di buku harian. Tertulis panjang kata-kata sedih, memenuhi halaman  buku ku setiap hari. Terulis panjang jua kata-kata bahagia. meraja di setiap halaman yang ku catat dengan pena. Isi catatan buku harianku, Bermacam-macam peristiwa hariku.

Pembunuh Ruang Bahagia

Perhatian telah gugur, Kasih sayang seakan-akan luntur, Berlahan-lahan menggerogoti cinta, merasuk akal yang berkeinginan tidak mau jauh darinya. Selalu dan selalu. Ia dihadirkan diantara ruang celotehan, Ia di jadikan pusat pandangan diantara ruang bercerita. Memalingkan perhatian, Virus yang  menggotori sapaan, Canda yang seharusnya berujung lepas tawa, Kini hanya tawa hampa belaka. Singkat ketawanya, Panjang kesunyiannya. Kini, Ada dia di antara kita dan orang di cinta. Menjadi monster dan pemusnah ruang temu bahagia yang beralaskan cinta. Ia penjahat ruang pertemuan untuk bercerita. Ia adalah gadget, Pembunuh ruang bahagia . Beny Anfriska nata Pembunuh ruang bahagia

Ia Adalah Sang Hujan

Ratapan tangis sang langit, Pengharapan bumi yang gersangnya melejit. Tetesan lembut beralirkan kasih, Tertetes  dengan sendu menampaki bumi, Riang gemira di sapa oleh sang dahaga. Gersang, berdebu, mati tanpa tertimpa basah. Turunnya ia bagaikan anugerah yang paling berharga, Melebihi intan permata, Melebihi berbongka emas permata para raja, Melebihi berlian yang gemilang pancaran sinarnya menelenakan mata. Karena ia salah satu sumber kehidupuan manusia. Ia adalah sang "hujan"  selalu di harap dan di nanti oleh sang bumi, nafas di kala gersang dan kemarau melandai bumi .

Undangan dari Kesunyian

Ruang hampa, Berkecibung dengan kesibukan . Tiada celotehan yang terucapkan, Bahkan mata itu pun saling memalingkan. Gadget yang selalu di tatapkan. Apakah engkau tak ada cerita, teman? Apakah perkumpulan ini hanya untuk kesunyian? Apakah engkau tak rindu suasana hiruk pikuk celotehan kita dulu? Ya. Saya rasa itu telah musnah. Kini, Pertemuan itu hanya undangan dari kesunyian. Ramai tapi sepi. Ramai tapi sunyi. Itu suasana perkumpulan teman ku kini. Beni Anfriska Nata Undangan dari kesunyian

Rindu yang Sendu

Remisan gerimis melandai hati, Ikatan kasih yang gugur tanpa hendaknya hati. Bertahun menjalini tali kasih.☺ 😢😭 Tapi hanya satu detik untuk waktu meruntuhkan itu. Aku bukan raja yang punya mahkota, Aku bukan pangeran yang berparas nan tampan dan indah, Aku juga bukan orang  kaya, yang mampu membuatkan seribu pulau untuk mu yang aku cinta. Aku hanyalah manusia biasa, rakyat jelata, bernasabkan tak punya dan bahkan tidak bisa apa-apa. Lantas, Pantaskah aku menyanding kamu sang sosok bidadari, Pantaskah aku mengenggam tanganmu yang selembut tangan sang dewi. Ku rasa tidak. Apalagi, Ketidak dayaan ku karena tatapan orang tuamu. Aku tau ia tak berucap tak suka, Tetapi pandangannya bagaikan ombak yanh akan menerjang cinta kita. Bukan ku takut dan menyerah, tetapi paksaan hati yang tak mampu untuk menepi. Cinta tak harus memiliki, Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku. Senyummu adalah senyumku. Aku pergi karena paksaan hati ini. Lambat laun musim berganti...

Teman Tapi Sayang

Bulan dan bintang adalah keindahan malam, Tetapi tak ada yang menyebutnya sepasang kekasih. Matahari menyinari dan menerangi bumi, tapi ia juga bukan sepasang kekasih. Begitu pun aku dan dirimu. Hari demi hari di lalui, tetapi tak ada ikatan yang pasti dan abadi. Teman, Teman adalah kata-kata yang engkau ketahui. Ikatan di antara kamu dan diri ini. Bersama-sama melewati segala musim yang berganti, Bersama-sama melintasi terjalnya jalan hidup ini. Bahkan, bersama-sama mengarungi segala masalah skenario tentang cerita hidup kita ini. Tetapi, Hanya teman dan teman. Kata-kata sebagai ikatan diantara kita, yang engkau mengetahuinya. Tidak kah engkau menelusuri perasaan hati ini, Tidak kah engkau menerka pergorbanan perasaan yang berharap lebih, Tidak kah engkau mengorek dan mengali    isi hati teman mu ini. Teman tapi sayang. Itu yang aku rasakan. Teman tapi sayang Itu yang mengendap dan melekatkan perasaan. Teman tapi cinta, Itu adalah sesuatu yang aku...

Maafkan Aku yang Tak Romantis

Aku mungkin tak seromantis roman picisan, dengan rangkai indah kata-katanya. Aku mungkin bukan seorang romeo, yang mengengam cinta hingga membawah ke dunia barza. Aku bahkan bukan dewa cinta, yang mampu memberikan segalanya kepada sang dewinya. Hanya, Kata-kata itu yang bisa aku utarakan. "Sayang dan cinta" Kata-kata yang singkat dan sedikit, tanpa ku tau arti romantisnya. Bahkan, setangkai mawar merah pun mengalahkah ucapan kata-kata itu. Tapi, Coba untuk sedikit buka matamu yang indah itu, pasangkan telinggamu,  dan renungkan hatimu yang ku puja selalu di setiap detik waktu ku. Rasakan. Ketulusan kata-kata yang aku umbarkan, Keikhlasan kata-kata yang aku ucapkan,  serta kebeneran perasaan yang aku ungkapkan. Kata-kata sayang dan cinta yang terdengar biasa,  tetapi terlahir dari relung hati kecil yang paling terdalam. Hati yang beristanakan sayang dan bertahtakan cinta. Maafkan aku yang tak romantis.

Perasaan Cinta

Badai pasti berlalu, matahari akan bersinar denga cahayanya, pelangi akan terbentang indah. Aku tak tau apa yang aku rasakan. Perasaan hati yang tak mampu aku ungkapkan kepadanya. Setelah perih yang tak mungkin disembuhkan,  Setelah sakit yang tak mungkin terobatkan. Semua itu membuat mataku gelap akan cinta, Gelap akan perasan hati dan jiwa. Hingga ia takut untuk datang kepada sesuatu yang bertahta perasan. Namun, ada dia datang. Tak terpikirkan oleh akal ini, Tak terpikirkan oleh benak ini. Sekejap pertemuan dengan senyum sapa yang biasa. Menyentuh hati ini yang rapuh, Mengugah perasaan hati yang telah layu. Takdir itu tak dapat dikira, tak bisa ditebak dan tak bisa terka. Dia yang ke jumpa dulu adalah sang pujaan hati dan dambaan jiwa. Sekarang , kutemui dia bagaikan sosok bidadari soleha dari surga. Anggun, cantik, dan indah dengah cadar dan gamis yang ia kena. Akan tetapi, Hati ku mulai ciut dan tetap jadi pengecut...

Ia tak sempurna tetapi Mulia di mata-Nya (Allah)

Terdengar olehku suaranya merdu, Lantunan berirama dengan ayat-ayat suci-Nya. Terpukau ku dengan nada-nada itu. Mengendap  di telingga, Merasuk hingga ke relung jiwa. Betapa tidak, Begitu indahnya yang ku dengarkan, Ayat-ayat suci yang ia lafazkan. Lantun yang bergema nada, Memecahkan hening, sunyi, dan sepi ruang yang hampa. Subhanallah. Tertegun aku melihatnya, Takjub aku mendengarkannya. Seseorang yang tak sempurna fisiknya, Tapi di anugrehakan suara yang merdu dan indah. Seseorang yang tak bisa melihat sepenuhnya dunia, Tetapi seperti telah melihat surga di hadapannya. Sekejap aku merenung, Selintas detik waktu aku terdiam. Tersadar, menangis, meratap dan lirih akan diri ini. Karena aku sangatlah manusia yang rendah dan hina. Sempurna fisiknya tetapi tidak bisa seperti dia. Maafkan aku ya Rabbku.. Beny anfriska nata. Ia tak sempurna tetapi mulia di mata-Nya ( Allah subhanahu wa ta'ala)

Penulis Biasa

Seniman itu bukan aku, Penyair itu juga bukan diriku. Aku hanya penulis biasa. Penulis yang jauh dari cakrawala seorang penyair atau seniman. Kata-kata yang ku tuliskan, hanyalah egois dari perasaan. Majas yang ku gunakan pun, hanyalah bentuk dari pelampiasa kesunyiaan. Menrangkai kata-kata indah tetapi hanya bisa memperkosa maknanya. Membinggungkan pembaca, merumitkan pembaca, dan memaksa imajinasi seorang pembaca. Ya, itulah aku?. Penulisa biasa. Mencoba merangkai kata, merakit syair biasa dan majas yang sederhana. Tak banyak goresan pena ku mengukirkan kehidupan. Tak banyak coretan tulisanku, menceritakan tentang kehidupan. Hanya beberapa yang terlahir, namun Terpampang dan berasal dari relung hati.  , Tumpukan kata-kata itu,masih berkumpul dalam benak ku. Namun, tak bisa ku ruahkan serentak dalam satu buku. Karena aku. Hanyalah penulis biasa dengan kata-kata sederhana. Beny anfriska nata "Penulis biasa"

Senja

"SENJA"               Oleh : Beny Anpriska Nata Awan bergumpal dan bergelut dengan warna, Siyuran angin mendesah-desu alam, Hijau bumi tertetes dengan embun pagi. Itu pagi, Dimana relung hati tersenyum menyapanya, Mata tertegun memadangnya, Hingga hasrat tak ingin memalingkan dari keindahanya. Karena, sepercik cerahan warna itu sangat mempesona. Mega-mega warnanya mendamaikan jiwa. Sungguh, menakjubkan. Di puncak bukit, ketika pagi menyambut. Waktu yang jelas terekam oleh akal ku. Story baru yang indah, Kembali tercatat oleh buku kenangan yang lama dan kusam. Buku yang berdebu tanpa ada basa-basi cerita baru. Hari itu, judul baru tertuliskan di buku kenangan. Tertampang indah, anggun, dan menakjubkan. Tertulis ia, yakni "SENJA". 13 Agustus 2018. Curup-bengkulu, Bukit kaba (gunung harapan)

Nasehat mu akan kenakalan ku dulu

Ruang sepi berdengungkan sunyi, Hening dengan kata2 yang tertatih. Celotehan pun terhenti. Suara gema beralaskan marah, ego, dan amanah. Memekikkan telingga, Merasuk relung jiwa dan membungkam hatiku yang bersalah. Engaku jajah  kenakalan  ku, yang membuat kecewa hatimu. Engkau maki kebodohan ku, yang membuat relung luka di hatimu. Sentakan kata-kata2mu. Seakan-akan sangat membencikan ku. Tonjokan keras nasihatmu. Seakan-akan mencambuk ku. Tapi, tangan mu tetap membelaiku, berbisik dan berkata. Aku tidak mengajarkan untuk nakal, Aku tidak mengajarkanmu untuk bolos sekolah, Aku tidak ingin engkau buta akan ilmu. Aku tidak ingin engkau menjadi bodoh seperti ibu. Tolong, Jangan kecewakan ibu dengan kesalahan kecilmu. Karena ibu tak mau , engkau menanggung derita yang mendalu, di akhir masa depanmu. Karena ibu tak mau, masa depanmu seperti ibu. Maafkan, Kata-kata kasar ku. Aku ibu mu, mecintai mu bukan membencimu. menyanyangimu bukan hanya dirimu, teta...